Teknogav.com, Jakarta – Infrastruktur kesehatan dan tenaga medis di Indonesia masih menghadapi tantangan. Berdasarkan data riset mengenai sistem pelayanan kesehatan di Indonesia yang dilakukan Oliver Wyman dan PWC, ketersediaan dokter di Indonesia masih terbatas. Perbandingan antara dokter dan jumlah populasi adalah 1:4000, padahal WHO menyarankan rasio tersebut adalah 1:1000. Demi mengatasi jomplangnya jumlah tersebut, Prixa berusaha memudahkan masyarakat mendiagnosa gejala penyakit dengan sistem periksa berbasis web.
Kesenjangan tak hanya terjadi antara jumlah ketersediaan dokter dan populasi masyarakat Indonesia yang totalnya sekitar 267 juga jiwa saat ini. Dari segi kualitas layanan kesehatan pun terjadi kesenjangan, di Papua dan Kalimantan kualitas layanan kesehatan lebih rendah dibandingkan di Jawa. Prixa mengatasi hal ini dengan menggunakan teknologi yang menggunakan basis data besar dan AI untuk melakukan otomatisasi pendiagnosaan penyakit. AI akan berusaha menutup kesenjangan tersebut dengan memperkuat keputusan dan membantu melakukan hal yang repetitif.
dr. Kafi Khaibar Lubis (Medical Advisor Prixa) dan dr. James Roring (CEO & Co-Founder Prixa) bersama moderator membahas layanan kesehatan Prixa |
Prixa memudahkan pengguna untuk mendiagnosa gejala penyakit, sehingga dapat memilah penyakit yang bisa ditangani sendiri atau harus segera ditangani dokter. Platform manajemen kesehatan terpadu ini terdiri dari tiga pilar, yaitu sebagai berikut:
Sistem periksa tepat berbasis AI
Berbagai keahlian dan pengalaman tim dokter dari berbagai spesialisasi disusun menjadi sistem yang terpadu dan terukur. Hal ini memudahkan pasien mendiagnosa gejala penyakit secara mandiri, sehingga tak mengharuskan ke dokter untuk mengatasi gejala penyakit yang ringan.dr. Kafi Khaibar Lubis, Medical Advisor Prixa) mendemonstrasikan penggunaan Prixa |
Sistem klaim online terintegrasi
Data penelitian mengenai sistem pelayanan kesehatan di Indonesia juga menunjukkan penetrasi asuransi kesehatan swasta yang rendah. Inovasi industri asuransi masih tertinggal dibandingkan industri lain, pemberdayaan sarana digital berbasis data tak secepat industri lain. Berdasarkan survey, para eksekutif C-level di bidang asuransi mengungkap bahwa proses administratif masih manual sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dan penundaan.Rencananya Prixa akan menggandeng perusahaan-perusahaan asuransi untuk membantu masyarakat mendapatkan penanganan kesehatan yang tepat. Prixa mendigitalisasi proses standar operasi pengajuan klaim di asuransi, sehingga lebih sederhana dan efisien.
Sistem manajemen risiko
Kemampuan data dipersonalisasi sehingga dapat menilai risiko setiap individu dan memberikan wawasan kesehatan bagi penggunanya. Setelah mendapatkan informasi mengenai kesehatan tersebut, pengguna lebih mudah dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan mereka.Visi dan Misi Prixa
“Prixa memiliki visi untuk menjamin ketenangan masa depan bagi penggunanya dengan menjadi perusahaan teknologi yang menyediakan platform manajemen kesehatan terpadu. Kami ingin Prixa dapat memberikan dampak positif dalam memperbaiki keseluruhan manajemen kesehatan di seluruh Indonesia. Langkah tersebut dilakukan dengan memanfaatkan teknologi dan bekerja sama dengan beberapa perusahaan asuransi, layanan kesehatan dan perusahaan di bidang konsumen. Saat ini kami sedang dalam proses perluasan bisnis,” ucap James Roring, CEO Prixa.dr. Kafi Khaibar Lubis (Medical Advisor Prixa) dan dr. James Roring (CEO & Co-Founder Prixa) memperagakan layanan Prixa di smartphone |
Prixa berbasis di Jakarta, saat ini jumlah tim mencakup 15 dokter, tetapi jumlahnya terus bertambah. Kendati bermarkas di Jakarta, Prixa ingin dapat digunakan secara nasional, sesuai dengan tujuan untuk menutup kesenjangan layanan kesehatan saat ini.