Berbagai peluang di masa depan dengan adanya kemajuan teknologi dipaparkan dalam laporan penelitian tersebut. Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang akan terjadi sejak saat ini sampai tahun 2030 yang diprediksi IFTF.
- Cyberspace akan menjadi realita, seiring dengan perkembangan lingkungan digital. Teknologi takhanya mengandalkan televisi, smartphone, dan perangkat dengan layar lainnya.
- Mobilitas yang terhubung menggunakan kendaraan masa depan yang merangkap sebagai computer bergerak. Kendaraan tersebut akan membawa manusia ke tujuan yang diinginkan secara fisik. Manusia pun dapat tetap berinteraksi di ruang virtual saat berada di mana pun.
- Jaringan infrastruktur yang saling terhubung akan mendukung kota-kota di masa depan. Dalam jaringan tersebut terdapat berbagai perangkat-perangkat cerdas, sistem laporan mandiri dan analisa-analisa berbasis AI.
- Kebutuhan manusia akan didukung ‘sistem operasi untuk kehidupan’ yang sangat personal. Sistem operasi tersebut akan mengansitipasi dan membantu kegiatan sehari-hari secara proaktif sehingga memberikan lebih banyak waktu luang bagi manusia.
- Kehidupan manusia akan berdampingan dengan robot yang dapat mengasah keterampilan dan memperluas kemampuan manusia. Para robot berbagi pengetahuan baru di jejaring sosial robot untuk bergotong royong mengenai inovasi dan mempercepat kemajuan secara real time.
ilustrasi Smart City (sumber: pixabay) |
Menurut Amit Midha, teknologi bisa dimanfaatkan untuk menciptakan cara hidup yang baru. Produktivitas pun bisa dioptimalkan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari pun bisa diseimbangkan dengan lebih efektif. Kemajuan teknologi tersebut juga bisa mewujudkan kota-kota yang berkelanjutan, efisien dan layak didiami.
“Teknologi-teknologi baru akan mengubah hidup manusia dengan cara yang belum pernah dialami sebelumnya. Investasi yang signifikan dibutuhkan untuk mengatasi isu-isu yang muncul seiring dengan visi pemerintah Indonesia, yaitu Making Indonesia 4.0. Langkah tersebut juga akan berdampak pada ekonomi digital, termasuk aturan mengenai kecerdasan buatan, pembayaran mobile, dan pembuatan identitas digital. Diskusi dan eksplorasi cara untuk merealisasikan masa depan harus terus dilakukan dengan kemitraan antara manusia dan mesin,” ucap Richard Jeremiah, General Manager, Dell Technologies, Indonesia.
Rangkuman Hasil Survey Persiapan Bisnis di Asia Pasifik dan Jepang
![]() |
ilustrasi penggunaan VR |
- Sejumlah 80% pemimpin bisnis berharap akan merestrukturisasi cara mengelola waktu dengan lebih banyak mengandalkan otomatisasi dalam bekerja. Jumlah pemimpin bisnis di Indonesia yang berharap demikian mencapai 78%.
- Persentase pemimpin bisnis yang akan menyambut mesin-mesin yang bisa berfungsi secara mandiri adalah 49%, dan 50% di Indonesia.
- Jumlah pemimpin bisnis, baik di APJ dan Indonesia mencapai 50% yang akan mengantisipasi networked reality sebagai hal yang umum
- Sejumlah 63% (69% di Indonesia) mengaku akan menyambut penggunaan VR dan AR dalam kegiatan sehari-hari
- Sejumlah 62% (66% di Indonesia) menyatakan akan dapat menerima teknologi ditanamkan ke tubuh manusia sehingga bisa mengendalikan komputer dengan pikiran (brain computer interface)
Tantangan lainnya adalah kekhawatiran terhadap ketepatan algoritma dalam menganalisa untuk pengambilan keputusan. Mulai dari proses perekrutan pegawai, menyeleksi penerima pinjaman dan masalah privasi data. Dalam mewujudkan kota-kota digital, pemerintah harus belajar bekerja sama membagikan dan menerapkan data mereka.
Tantangan dan kekhawatiran mengenai robod dan kehidupan sosial telah diantisipasi oleh para pemimpin bisnis di APJ. Pada tahun 2030, 78% pemimpin bisnis yang disurvei akan lebih menyadari mengenai privasi, di Indonesia jumlahnya mencapai 86%.Bagi 74% pemimpin bisnis yang disurvei (78% di Indonesia) mengungkap harus menangani masalah privasi data sebagai tantangan skala sosial teratas. Sejumlah 49% pemimpin bisnis yang disurvei (50% di Indonesia) akan menyambut mesin yang dapat berfungsi secara mandiri.
Survei juga mencakup berbagai kekhawatiran dan tantangan lain yang mencakup penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Sejumlah 49% pemimpin bisnis (43% di Indonesia) menginginkan peraturan dan kejelasan tentang pemanfaatan AI dan isu mengatasi dampak disrupsi digital. Persentase pemimpin bisnis yang mengharapkan transformasi digital di organisasi mereka lebih merata adalah 84%, baik total maupun Indonesia saja.
IFTF melakukan riset dengan studi yang dikembangkan puluhan tahun mengenai masa depan pekerjaan dan teknologi. Riset Future of Connected Living merupakan bagian ketiga atau terakhir dari serangkaian penelitian dari Dell Technologies. Dua penelitian sebelumnya adalah The Future of the Economy dan The Future of Work yang dipublikasikan pada tahun 2019.