Teknogav.com - Perkembangan komputasi begitu pesat, dimulai dari mainframe computing di tahun 1970an dan diikuti micro/mini computing di tahun 1980an. Era cloud computing pun dimulai sejak tahun 2005 dan memasuki era edge computing di tahun 2015. Saat ini pengelolaan data pun mulai mengusung komputasi Edge. Berdasarkan laporan Gartner, 75% data telah dihasilkan di Edge. Perkembangan komputasi edge yang cepat ini karena lebih hemat biaya, aman dan pengolahan yang cepat. Berpijak pada hal tersebut, Synology pun meluncurkan DiskStation Manager (DSM 7.0) dan platform cloud computing (C2.).
"Data tidak terstruktur dan berukuran besar terus dihasilkan tanpa henti. Penggunaan penyimpanan terpusat tradisional tidak dapat lagi memenuhi tuntutan bandwidth dan kinerja yang makin meningkat. Produk cloud edge, seperti lini manajemen penyimpanan Synology, adalah salah satu solusi saat ini yang memiliki pertumbuhan paling cepat. Ini karena solusi tersebut dapat menjawab tantangan yang dihadapi bisnis modern,” ucap Philip Wong, CEO dan pendiri Synology.
Synology telah menanamkan investasi besar untuk memperluas ketersediaan platform cloud dengan ketersediaan platform cloud dan membuka lokasi data center. Upaya tersebut dilakukan untuk memperluas jangkauan layanan di wilayah Asia Pasifik. Lebih dari delapan juta solusi manajemen data Synology telah digunakan di seluruh dunia, masing-masing didukung sistem operasi DSM.
Platform On-Premise DSM 7.0
DSM merupakan sistem operasi NAS terbesar di dunia yang andal melakukan sinkronisasi dan kolaborasi. Solusi ini memadukan kemampuan interoperabilitas dalam penyimpanan, pencadangan dan perlindungan data, serta sinkronisasi dan kolaborasi yang andal secara unik. DSM dapat mengatasi makin banyaknya tempat kerja dan sumber data yang tersebar. Synology mengembangkan add-on yang sudah diunduh lebih dari enam juta unduhan setiap bulan. Add-on ini mencakup Synology Drive, Active Backup Suite dan lain-lain.
Baca juga: DSM 7.0 Beta, Update Perangkat Synology dengan Manajemen Data Canggih
tampilan DSM |
Peluncuran DSM 7.0 dilakukan pada 29 Juni 2021 dengan peningkatan keamanan dalam bentuk Secure Sign in. Sistem autentikasi baru ini menyederhanakan verifikasi dua faktor menjadi lebih mudah digunakan. Pembaruan terbesar dalam layanan hybrid-cloud terbaru pun diluncurkan bersama dengan DSM 7.0 ini. Layanan-layanan tersebut adalah sebagai berikut:
- Active Insight yaitu solusi pemantauan dan diagnostik perangkat berskala besar. Solusi ini menyediakan pemantauan aktif 24/7 dan wawasan cerdas dalam beberapa NAS Synology secara cepat, serentak dan sekejap.
- Hybrid Share yang memadukan C2 Storage yang fleksibel dan kemampuan sinkronisasi dengan solusi lokal. Solusi ini menggunakan caching lokal untuk menyajikan akses latensi rendah pada Synology on-premise ke data yang tersimpan di C2 Storage
- C2 Identity yaitu direktori hybrid cloud yang menyederhakan pengelolan domain lintas situs
Pembaruan ini diberikan bersama dengan peningkatan platform, misalnya dukungan untuk volume mencapai 1 PB untuk tugas besar. DSM 7.0 merupakan perkembangan terbesar pada lini produk Network Attached Storage (NAS) dan Storage Area Network (SAN). Fokus dari solusi ini adalah untuk meningkatkan keamanan, kemampuan pengelolaan sistem dan kolaborasi data.
Baca juga: Review Synology NAS DS420+, Solusi Penyimpanan Data Terpusat Bagi UKM
Layanan Cloud C2
Synology C2 telah mengalami pertumbuhan sebesar 50% dari tahun ke tahun. Kapasitas total layanan C2 tahun 2021 mencapai 200 PB. Keandalan dari Synology C2 adalah lebih efisien biaya dan lebih bersaing. Sebelumnya Synology telah mendapatkan keberhasilan dari solusi C2 Storage. Kini platform C2 pun diperluas dengan empat layanan terkini khusus hybrid dan cloud. Keempat layanan tersebut adalah sebagai berikut:
- C2 Identity merupakan hybrid-cloud directory as a service (direktori sebagai layanan) untuk menyederhanakan pengelolaan litas domain. Seluruh pengguna dan perangkat akan dikelola dari layanan direktori terpusat sehingga bisa menerapkan pemeliharaan dan memudahkan akses ke sumber daya
- C2 Backup untuk mencadangkan setiap endpoint dan layanan cloud Software as a Service (SaaS). Solusi ini menjamin keberlanjutan layanan dengan mencadangkan data Windows dan Microsoft 365 dari konsol yang dikelola secara terpusat. C2 Backup akan menyajikan perlindungan data profesional termasuk dalam mengantisipasi serangan ransomware.
- C2 Transfer yaitu solusi berbagi file sensitif dengan aman. Pengiriman file dilakukan pada platform yang terpercaya menggunakan enkripsi end-to-end dan teknologi autentikasi pengguna.
- C2 Password yaitu solusi untuk mengelola kata sandi dan melindunginya
Layanan-layanan C2 dapat diakses melalui https://c2.synology.com.
tampilan C2 Backup |
"Empat tahun meluncurkan dan mengoperasikan layanan cloud memungkinkan kami untuk mengintegrasikan keahlian kami dalam manajemen data dengan teknologi baru. Kami pun dapat mengoptimalkan inovasi dalam memberikan solusi andal namun tetap hemat biaya. Saat ini kami sedang melakukan ekspansi yang cepat ke lokasi tambahan untuk menyediakan solusi bagi pengguna potensial,” ucap Philip.
Baca juga: Review Synology NAS DS420+, Solusi Bagi Pecinta Streaming Resolusi Tinggi
Data Center
Synology juga menghadirkan data center terkini di Taiwan sebagai pusat semua market utama di wilayah Asia Pasifik. Data Center di Asia Pasifik ini akan tersedia di kuartal ketiga tahun 2021. Ini adalah data center Synology ketiga setelah Frankfurt di Jerman dan Seatle di Amerika Serikat. Ketersediaan data center ini akan lebih cepat untuk pengguna di Asia Pasifik.
Ekspansi ini makin mendekatkan jangkauan C2 dengan mengguna sehingga mengurangi latensi dan meningkatkan pengalaman pengguna. Pendekatan ini menggunakan cara yang sama dengan yang dilakukan solusi NAS dan SAN lokal Synology dalam menerapkan edge.
“DSM 7.0 dan ekspansi C2 memajukan inovasi terbaru Synology untuk manajemen data. Kami akan terus melakukan pengembangan dengan integrasi yang lebih lanjut untuk menghadirkan infrastruktur lokal dan cloud sekaligus,” tutup Philip.
Solusi DSM 7.0 dan C2 terkini akan segera tersedia di Indonesia setelah melewati pengujian publik selama tujuh bulan.