Negara-negara asal responden tersebut mencakup Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Brasil, Chili, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, Kenya, Korea Selatan, Malaysia, Maroko, Meksiko, Mesir, Singapura, Spanyol, Taiwa, Thailand, Tiongkok, Turki dan Vietnam. Para responden yang disurvei memandang bahwa perubahan iklim merupakan ancaman utama yang setara dengan krisis keuangan yang sedang terjadi. Kesadaran masyarakat akan perubahan iklim ini mengarahkan mereka untuk mengadopsi gaya hidup yang berkelanjutan.
Climate Reality Barometer kedua Epson menunjukkan bahwa orang-orang meningkatkan upaya-upaya untuk mencegah perubahan iklim. Hasil penelitian tersebut menungkapkan bahwa perubahan iklim tetap menjadi perhatian utama bagi banyak orang. Hasil survei menunjukkan bahwa orang-orang makin optimis dapat menghindari bencana iklim. Namun terdapat variasi signifikan dalam tingkat kepercayaan yang dipengaruhi faktor-faktor seperti ekonomi dan usia.
Baca juga: Definisikan Tujuan Perusahaan, Epson Berupaya untuk Berkontribusi pada Pelestarian Lingkungan
Faktor Ekonomi dan Usia Mempengaruhi Tingkat Optimisme
Hasil survei menunjukkan bahwa prioritas responden yang utana adalah memperbaiki ekonomi (22%), diikuti oleh kenaikan harga (21%). Sementara itu perubahan iklim (20%) masih berada di posisi ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi dunia masih menjadi gangguan dari upaya untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Kendati demikian, terlepas dari penurunan ekonomi global, konflik dan lonjakan tagihan energi, krisis iklim tetap menjadi perhatian banyak orang.
Kekhawatiran pada iklim tak lantas menimbulkan rasa pesimis. Sebelum Konferensi Perubahan Iklim PBB 2021 atau Conferences of the Parties/COP 26, 46% responden global optimis dapat menghindari bencana global. Angka tersebut meningkat jadi 48% saat menjelang COP 27 di Mesir November 2022 lalu. Jumlah tersebut cukup tinggi mengingat dampak perubahan iklim yang terjadi sepanjang tahun 2022 ini. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa terjadi 'defisit realitas' yang berpotensi salah memahami dampak perubahan iklim di masa depan untuk dunia.
Baca juga: Kampanye Epson Tingkatkan Kesadaran akan Dampak Mencairnya Lapisan Es Arktik
Jika ditelusuri lebih jauh, rata-rata global menutupi variasi tingkat kepercayaan regional. Sebagian besar negara maju memiliki optimisme lebih rendah dibandingkan negara-negara berkembang.
Negara-negara anggota G7 berikut ini memiliki tingkat optimisme di bawah rata-rata global 48%:
- Amerika Serikat 39,4%
- Kanada 36,6%
- Inggris 28,4%
- Italia 25,2%
- Jerman 23,8%
- Prancis 22,5%
- Jepang 10,4%
- India 78,3%
- Tiongkok 76,2%
- Kenya 76%
- Filipina 71,9%
- Meksiko 66%
- Indonesia 62,6%
Baca juga: Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia Berkolaborasi Tingkatkan Konservasi Laut
Yasunori Ogawa, Presiden global Epson, mengungkapkan bahwa Tujuan Perusahaan Epson berfokus pada peningkatan kehidupan dan bumi. Epson akan mengerahkan sumber daya yang signifikan dalam mencapai tujuan tersebut. Ketika COP 27 digelar, Barometer Realitas Iklim Epson bertujuan meningkatkan kesadaran dan memberdayakan perubahan transformasional.
"Kami berharap wawasan mengenai Barometer ini akan membantu pemerintah, industri, dan individu untuk meningkatkan upaya mereka dalam mencegah bencana iklim. Meskipun kami tahu jalan masih panjang, kami percaya kami dapat membangun masa depan yang lebih baik jika kami bekerja sama dan bertindak sekarang, " ucap Yasounori.
Kenyataan, Dampak, dan Tindakan
Peningkatan optimisme global justru bertentangan dengan kondisi iklim yang nyata saat ini. Pada tahun 2022, Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC) mengumumkan bahwa 'Perubahan iklim akibat ulah manusia menyebabkan gangguan yang berbahaya dan meluas di alam dan mempengaruhi kehidupan miliaran orang di seluruh dunia...'Berbagai gangguan yang termasuk peristiwa iklim telah banyak terjadi tahun 2022 ini dan merugikan di setiap benua. Beberapa peristiwa tersebut termasuk sebagai berikut:
- 'kekeringan besar' yang terjadi puluhan tahun di Afrika dan Amerika Selatan.
- pemanasan cepat di Arktik dan Antartika
- banjir mematikan di Asia dan Australasia
- suhu yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Eropa
- danau yang menghilang di Amerika Utara.
Kondisi lingkungan yang terjadi saat ini diungkapkan Dr. Tara Shine, ilmuwan lingkungan dan Co-CEO Change by Degrees. Selama tujuh tahun terakhir terdapat risiko nyata batas suhu yang aman. Namun hasil survei menunjukkan bahwa masyarakat dunia berharap tindakan bersama masyarakat dan pemerintah dapat membuat masyarakat menjadi lebih baik.
"Tantangan langsung yang dihadapi ekonomi di seluruh dunia, termasuk kenaikan harga energi dan pangan, adalah penyebab dan gejala perubahan iklim. Perencanaan untuk jangka panjang dan memungkinkan orang untuk mengambil tindakan iklim sekarang adalah tindakan paling kuat yang dapat dilakukan negara-negara untuk mempertahankan optimisme iklim, mengurangi polusi karbon, dan membangun ketahanan terhadap dampak iklim, " ucap Dr. Tara Shine.
Optimisme yang tak selaras dengan kondisi yang ada saat ini mungkin dianggap sebagai harapan saja. Temuan Epson menunjukkan bahwa adanya perubahan iklim diakui oleh responden. Sejumlah 80,2% mengutip bukti perubahan iklim dari pengalaman mereka sehari-hari merupakan faltor yang membangun kesadaran. Berikut ini adalah sumber informasi iklim lainnya yang memengaruhi mereka:
- 75,7% mengutip tindakan dan/atau kampanye pemerintah
- 75% mengutip berita online dan offline
- 74.2% mengutip media sosial
- 64,8% mengutip kampanye bisnis atau komunitas
- 64% mengutip konferensi COP
- jalan kaki dan/atau bersepeda lebih banyak meningkat dari 83,7% menjadi 87,2%. Sejumlah 31,8% telah mempraktikkannya selama lebih dari setahun
- Beralih ke energi terbarukan, meningkat dari 78,2% menjadi 82,4%. Sejumlah 18,6% telah mempraktikkannya selama lebih dari setahun
- Mengurangi perjalanan bisnis dan liburan internasional meningkat dari 65,1% menjadi 68,2%. Sejumlah 23% telah melakukannya selama lebih dari setahun
- Beralih ke kendaraan listrik meningkat dari 68% menjadi 72,7%. Sejumlah 10,6% telah melakukannya selama lebih dari setahun
- Menerapkan pola makan nabati meningkat dari 67,6% menjadi 68,9%. Sejumlah 16,5% telah melakukannya selama lebih dari setahun
Henning Ohlsson, Direktur Pelestarian Epson Eropa mengungkapkan bahwa Epson bertanggung jawab mewariskan planet dalam keadaan lebih baik bagi generasi muda. Hal ini penting dilakukan setelah planet ini mengalami kerusakan selama beberapa dekade.
"Tidak ada satu proses solusi untuk masalah ini, kita semua harus berperan. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat semua harus bekerja sama untuk mencegah bencana ini. Sebagai pemimpin teknologi global, tugas kami adalah memfokuskan kembali upaya kami pada pengembangan solusi yang akan membantu mengurangi dampak lingkungan dari produk kami. Dengan bekerja sama dan menemukan solusi, secara kolektif kita semua dapat menginspirasi tindakan dan membawa perubahan," ucap Henning Ohlsson.