Waspada Pencurian Identitas Orang yang Sudah Meninggal oleh Penjahat Siber Waspada Pencurian Identitas Orang yang Sudah Meninggal oleh Penjahat Siber ~ Teknogav.com

Waspada Pencurian Identitas Orang yang Sudah Meninggal oleh Penjahat Siber

Teknogav.com -  Kaspersky meluncurkan hasil studi terkini berjudul “Excitement, Superstition, and Great Insecurity – How Global Consumers Engage with the Digital World”. Hasil studi tersebut mengungkap bahwa 61% responden meyakini identitas orang yang sudah meninggal rentan terhadap pencurian identitas. Sejumlah 58% responden meyakini bahwa keberadaan orang yang telah meninggal dapat diciptakan kembali secara online memakai kecerdasan buatan (AI). Hal tersebut dapat diterima 35% responden dengan menciptakan kembali identitas yang sudah meninggal melalui foto, video atau kenangan lain. Sdangkan 38% tidak menyetujui berkaitan dengan masalah privasi dan bentuk rasa hormat kepada yang telah meninggal dunia dalam ranah digital.

Kaspersky menunjuk Arlington Researxh pada Juni 2024 untuk melakukan survei online terhadap 10.000 responden. Survei tersebut bertujuan mengeksplorasi sikap responden terhadap mitos digital terkini, peran AI dalam kehidupan manusia dan keabadian digital. Sampel mencakup 1.000 responden dari masing-masing negara Inggrios, Jerman dan Prancis. Sisanya 500 responden yang masing-masing dari Afrika Selatan. Arab Saudi, Brasil, India, Indonesia, Italia, Kazakhstan, Meksiko, Porugal, Rusia, Spanyol, Tiongkok, Turki dan UEA.

Baca juga:  Prediksi Privasi tahun 2023 Kaspersky Ungkap Gagasan Metaverse Jadi Realitas

“Laporan Tinjauan Global Digital 2024” yang disusun Kepios mengungkapkan bahwa 95% pengguna internet kini menggunakan media sosial setiap bulan. Selama Juli 2023-Juli 2024, 282 juta identitas baru bergabung di media sosial. Kekhawatiran atas privasi, peninggalan, dan penggunaan identitas yang etis pun makin penting. Hal ini seiring makin banyaknya orang yang berinteraksi digital dan jejak digital yang makin luas.

Hasil studi terkini Kaspersky menunjukkan bahwa 61% responden meyakini identitas orang yang sudah meninggal sangat rentan dicuri. Ini terjadi karena biasanya tidak ada yang memantau apa yang terjadi pada informasi yang diunggah secara online.

Sejumlah 67% responden meyakini bahwa melihat gambar atau cerita mengenai orang yang sudah meninggal menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang-orang terdekat. Namun, 43% responden meyakini tak ada batasan waktu untuk melihat setiap gambar, video, atau rekaman suara yang pernah dipublikasikan online.

Baca juga: Yuk Proaktif Lindungi Data Pribadi! Ini Tips-tipsnya

Tindakan yang dapat diambil seseorang untuk mengendalikan jejak digital setelah meninggal adalah dengan membuat instruksi dalam pesan wasiat. Sejumlah 63% sepakat bahwa setiap orang yang memiliki eksistensi online harus menentukan tindakan terhadap data akun sosialnya dalam surat wasiat.

“Masalah pengelolaan jejak digital seseorang sering kali diabaikan dalam kegiatan online sehari-hari. Namun, hasil survei menekankan poin penting: sejumlah besar responden menyadari potensi identitas yang dicuri dapat menyebabkan masalah pribadi yang sangat besar bagi pengguna atau orang yang mereka cintai. Mengingat risiko ini, adalah bijaksana untuk mengadopsi tindakan proaktif yang meningkatkan privasi dan melindungi identitas digital. Tindakan tersebut memungkinkan individu memastikan kehadiran online mereka tetap aman tanpa mengurangi bentuk rasa hormat, apa pun yang terjadi,” ucap Anna Larkina, pakar analisis konten web di Kaspersky.

Baca juga:  UU PDP Resmi Berlaku, Ini Tips Menyikapinya

Tips Perkuat Privasi

Kaspersky memberikan beberapa tips berikut ini untuk memperkuat privasi di ranah online:

  • Pakai solusi keamanan modern untuk memudahkan pemantauan data pribadi, apa yang diproses aplikasi dan membatasi pengumpulan data
  • Perbarui sistem operasi, peramban dan perangkat lunak keamanan dengan versi terkini. Biasanya pembaruan memiliki patch untuk mengatasi kerentanan keamanan yang berpotensi dieksploitasi
  • Ikuti petunjuk Online Privacy Checker untuk membatasi jumlah informasi yang dibatasi secara online. Ini karena tak semua layanan online mengungkap data yang dikumpulkan dan cara penggunaannya

Demikianlah beberapa tips dari Kaspersky agar privasi data senantiasa terjaga dan tidak dimanfaatkan penjahat siber.

Share:

Artikel Terkini