Kearney Ungkap Potensi Pertumbuhan 5G yang Signifikan di Indonesia Kearney Ungkap Potensi Pertumbuhan 5G yang Signifikan di Indonesia ~ Teknogav.com

Kearney Ungkap Potensi Pertumbuhan 5G yang Signifikan di Indonesia


Teknogav.com - Perusahaan konsultan manajemen Kearney merilis laporan global 5G Success Index yang mengungkapkan bervariasinya tingkat kematangan 5G di pasar Asia Tenggara. Laporan tersebut mengevaluasi kemajuan negara dan pasar di seluruh dunia dalam penerapan teknologi 5G. Malaysia meraih nilai kematangan 5G tertinggi, sedangkan skor Indonesia masih terendah yang menandakan adanya potensi pertumbuhan yang signifikan. 

Penilaian dilakukan Kearney berdasarkan ketersediaan spektrum, pembangunan jaringan dan komersialisasi. Kematangan pasar telekomunikasi dan faktor sosial ekonomi nasional juga dipertimbangkan dalam indeks. Penerapan dan komersialisasi 5G yang dianalisis Kearney hanya mencakup operator yang secara eksplisit sudah menawarkan komersial aktif. Analisis tidak termasuk uji coba atau situs website yang hanya mencantumkan potensi kasus penggunaan. Pertimbangan hanya dilakukan terhadap operator dengan kehadiran pasar yang signifikan. Indeks tersebut melacak 34 negara dan tidak mencakup semua negara yang sudah mengadopsi 5G.

Baca juga: Huawei Global Mobile Broadband Forum Bahas Perkembangan Teknologi 5G

Laporan global 5G Success Index dari Kearney menunjukkan tahun 2024 merupakan tahun persiapan untuk fase penting berikutnya. Lima negara dengan kinerja tertinggi di Indeks tersebut adalah Australia, Singapura, Amerika Serikat, Spanyol dan Finlandia. Tantangan dalam teknologi 5G adalah ketidakpastian yang berkelanjutan mengenai cara terbaik untuk memonetisasi teknologi 5G. Selama tahun 2024, 53% negara dalam Indeks mengalami penurunan skor keberhasilan 5G, Indonesia bahkan tetap stagnan.

Hasil penelitian Kearney mengungkapkan bahwa 5G akan memasuki 'Impact Era'. Di masa tersebut, operator bisa memanfaatkan investasi dan mengalami pertumbuhan secara komersial. Penetrasi 5G terus meningkat, dengan lebih dari 30% populasi di 10 negara saat ini sudah menggunakan 5G. Penetrasi tertinggi yang mencapai lebih dari 50% diraih oleh Uni Emirat Arab dan Malaysia. Adopsi 5G lebih pesat dibandingkan 4G yang hanya mencapai 30% penetrasi di enam negara sejak lima tahun diluncurkan.

Baca juga: Gigacity Surakarta Siap Jadi Inspirasi Smart City di Indonesia

Kini, para operator berinvestasi pada peluncuran Application Programming Interface (API) sebagai aliran pendapatan baru untuk memanfaatkan Impact Era sepenuhnya. Saat ini sejumlah 71 operator dari 115 operator dalam Indeks sudah memiliki situs API publik. Kendati demikian fungsionalitas situs API tersebut bervariasi, hanya 15 yang menawarkan API konektivitas lanjutan, sedangkan 46 menyediakan API konektivitas dasar.

Infrastruktur merupakan tantangan yang dihadapi Indonesia. Kemampuan Indonesia untuk memperluas layanan 5G dan mencapai adopsi yang luas terhambat oleh keterbatasan ketersediaan spektrum.

Baca juga: Huawei dan Telkomsel Garap Proyek Superior City demi Optimalkan Konektivitas

“Indonesia memiliki kesempatan untuk melampaui pasar lain dalam hal ketersediaan spektrum. Spektrum frekuensi yang kini tersedia untuk operator telekomunikasi belum  ideal untuk 5G. Namun, sudah  ada diskusi tentang pelepasan 700 MHz, 2,6 GHz, dan 3,5 GHz yang lebih relevan untuk 5G. Jika regulator dapat merilis spektrum ini secara bersih, hal ini akan menjadi perubahan besar. Hal ini memungkinkan karena semua spektrum tersebut merupakan alokasi greenfield. Dengan demikian, operator dapat memperoleh spekturum berkualitas tinggi yang akan meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan," ucap Carlos Oliver Mosquera, Partner di Kearney Singapura dan Head Kearney Technology Center of Excellence. 

Berdasarkan Indeks tahun ini, terlihat adanya peningkatan penetrasi 5G, tetapi komersialisasi melambat. Negara-negara di Asia Tenggara menempati posisi lima besar peningkatan penetrasi 5G, termasuk Singapura, sedangkan penetrasi di Malaysia sudah melebihi 50%.

Negara dengan Kinerja Terbaik 

Berikut ini adalah peringkat negara dengan kinerja terbaik berdasarkan laporan 5G Success Index:

  • Amerika Serikat dengan skor Indeks 8.3 bertahan di peringkat pertama. Peringkat tersebut berhasil diraih berkat ketersediaan dan penetrasi 5G yang tinggi, serta penawaran komersial yang ambisius dari operator. Penawaran tersebut termasuk sejumlah API canggih, dan munculnya ekosistem digital.
  • Australia dengan skor Indeks 7.4 mempertahankan penetrasi tinggi meskipun komersialisasi melambat. Negara ini bisa tetap bersaing berkat infrastruktur yang kuat dan fokus pada jaringan privat
  • Spanyol dengan skor Indeks 7,3 memiliki penetrasi 5G yang tinggi. Kemitraan strategis Spanyol dan investasi dalam API jaringan telah memungkinkan keberhasilan komersialisasi 5G, sehingga menjadikan Spanyol terdepan di Eropa.
  • Singapura dengan skor Indeks 7.3  mendapat manfaat dari fokus strategis pada kesiapan digital dan penerapan low-band. Investasi Singapura dalam infrastruktur Smart City dan integrasi layanan digital memicu adopsi 5G secara luas, dan menempatkannya sebagai pemimpin regional.
  • Finlandia dengan skor Indeks 7.1 sudah mencapai penetrasi yang baik dengan ekosistem digital yang matang dan jangkauan 5G yang kuat.

Pasar 5G yang Dinamis di Asia Tenggara

Asia Tenggara merupakan wilayah dengan berbagai pertumbuhan teknologi 5G. Dinamika di wilayah tersebut juga ditekankan dalam Indeks. Tren yang menarik terlihat pada beberapa pasar utama: 

  • Indonesia memiliki tingkat penetrasi hanya 2% sejak peluncuran teknologi 5G di tahun 2021, sehingga adopsi 5G masih menjadi tantangan. Rendahnya tingkat penetrasi ini disebabkan tidak memadainya jumlah stasiun pemancar dan jaringan serat optik, juga terbatasnya ketersediaan frekuensi.
  • Malaysia baru saja mengumumkan tingkat penetrasi yang mendekati 55%. Lebih dari 80% cakupan populasi berhasil dicapai Malaysia hanya dalam tiga tahun. Jaringan kedua sedang diupayakan Malaysia untuk memicu persaingan dan percepatan adopsi 5G.
  • Thailand menarik perhatian dalam segi inovasi berkat operator-operator utama di negara tersebut sudah meluncurkan tiga kelas spektrum dan terus berinovasi. Sebagian besar operator memperkenalkan API jaringan, termasuk konektivitas tingkat lanjut.

“Indonesia juga dapat melampau pasar lain dalam hal adopsi pelanggan. Harga perangkat  kini  jauh lebih rendah dibandingkan ketika negara-negara lain memulai perjalanan adopsi mereka. Konsumsi data per pelanggan di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan pasar yang sejenis; misalnya, GB/pelanggan di Indonesia saat ini 40% lebih rendah daripada di Thailand. Dukungan 5G memungkinkan peningkatan konsumsi data per pelanggan dari 13 Gb/pelanggan saat ini menjadi 42 Gb/pelanggan pada 2030. Peningkatan tersebut lebih dari tiga kali lipat,” ucap Varun Arora, Managing Partner Kearney untuk Asia Tenggara. 

Menurut Varun Arora, jika peningkatan adopsi yang lebih tinggi digabungkan dengan spektrum berkualitas, maka Total Cost of Ownership (TCO) jaringan 5G bisa lebih tinggi dari 4G. Hal ini penting, karena sebagian besar operator global menghadapi tantangan untuk mendapatkan imbal hasil dari investasi di spektrum 5G.

Share:

Related Posts:

Artikel Terkini